cse

Loading

Rabu, 15 Januari 2014

Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan
Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun
2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari
20µg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan
terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A
Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol
kurang dari 20 µg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A
(KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi
karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah
satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan
pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan
Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO
TROPMED RCCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient
Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih
yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk
melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi
manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa
di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11
bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar
56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah
82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5%
pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan
bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita
umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan
dosis yang tidak sesuai umur.
Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan
bahwa manajemen dan sosialisasi program Vitamin A tingkat
Kabupaten/Kota belum berjalan optimal. Berkaitan hal tersebut
diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan manajemen
suplementasi Vitamin A bagi petugas dalam rangka meningkatkan
cakupan program khususnya pada Kabupaten/Kota dengan cakupan
rendah.
kliknya hanya boleh disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar