Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di negara
berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan .Salah satu dampak kurang
vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi
penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP)
atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A.
Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,
campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A
dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang
tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan kekurangan
vitamin A.
Pemerintah dalam menyingkapi masalah tentang kekurangan vitamin A berupaya untuk menyelesaikan
masalah kapsul vitamin A tersebut di antaranya dengan pemberian vitamin A kepada anak balita. Untuk lebih
jelasnya informasi seputar vitamin A dapat di baca pada uraian di bawah ini .
1. Apa itu vitamin A ?
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat
dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.
2. Manfaat vitamin A ?
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare.
Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap.
Mencegah kelainan pada sel – sel epitel termasuk selaput lender mata.
Mencegah terjadinya proses metaplasi sel – sel epitel sehingga kelenjar tidak memproduksi
cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata.
Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.
Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan.
3. Apa saja sumber vitamin A
Air Susu Ibu (ASI) Bahan Makanan hewani seperti : hati, kuning telur, ikan, daging, ayam dan bebek.
Buah – buahan warna kuning dan jingga seperti Pepaya, Mangga masak, Alpukat, Jambu Merah
dan Pisang.
Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti : Bayam, Tomat, Wortel.
Bahan makanan yang difortifikasi/diperkaya dengan vitamin A seperti margarine, susu dan mie
instant
pengen liat kelanjutannya???klik disini
Flora Cyntia Sari
cse
Loading
Rabu, 15 Januari 2014
PEMANFAATAN UBIJALAR BERKADAR -KAROTEN
TINGGI SEBAGAI SUMBER VITAMIN A
Erliana Ginting, Yudi Widodo dan M. Jusuf
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
ABSTRACT
Utilization of -Carotene High Content Sweet Potato as a Source of Vitamin A
In addition to a calorie source, sweetpotato is also potential as a source of vitamin A as it
contains carotenoids, pigments that cause yellow and orange colours of the flesh. The
predominant component of carotenoids is -carotene that constitues about 86-90% and
possesses the highest vitamin A activity among carotenoids. Vitamin A is needed for
physiological processes in the human body, thus vitamin A deficiency could cause alterations
on vision (up to permanent blindness), growth and immunity towards diseases. These cases
are commonly occur in pre-school children, particularly in developing countries. Therefore,
recommendation dietary allowances for vitamin A have been established for different groups
of age and sex through diets and supplements that are rich in vitamin A.
A number of sweetpotato cultivars in Indonesia contain fairly high -carotene (300 - > 4000
g/100 g). However, cultivars with high -carotene content, mostly have low dry matter
content and give sweet and moist taste. Hence, those undesired attributes should be
improved through selection and combination of the parents. -carotene content in
sweetpotato is influenced by planting and harvesting times, location and water availability. A
decrease of -carotene content was observed during processing, like boiling (8%), canning
(19.7%), drying (20.5%), heating in microwave (22.7%) and roasting (31.4%), while an increase
of 4-12% was noted in steaming. It is estimated, that the daily consumption of 200 g of
steamed roots derived from cultivars with -carotene content of 1,000 g/100 g, could satisfy
40% and 66% of the recommended daily allowances of vitamin A for adults and children,
respectively. Sweetpotato can be consumed as cooked fresh roots, drinks and flour-based
foods.
Keywords: -carotene, vitamin A, sweet potato cultivars, pre harvest, processing.
PENDAHULUAN
Ubijalar memiliki keistimewaan sebagai bahan pangan ditinjau dari nilai gizinya.
Dengan kandungan karbohidrat yang mencapai 80-90% dari berat keringnya, ubijalar sangat
potensial sebagai sumber kalori (105 Kkal/100 g). Selain itu, ubijalar juga merupakan sumber
vitamin, seperti vitamin A dan C serta mineral, yakni kalium, besi dan fosfor. Namun kadar
protein (1,4%) dan lemaknya (0,17%) relatif rendah (Bradbury dan Holloway, 1988), sehingga
konsumsinya perlu didampingi oleh bahan pangan lain yang berprotein tinggi.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, perhatian
terhadap komponen kimia ubijalar yang dapat berfungsi sebagai makanan fungsional juga
meningkat. Salah satu diantaranya, adalah senyawa karotenoid, yaitu pigmen yang
menyebabkan daging umbi berwarna kuning, orange hingga jingga.
bagusan klik disini
TINGGI SEBAGAI SUMBER VITAMIN A
Erliana Ginting, Yudi Widodo dan M. Jusuf
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
ABSTRACT
Utilization of -Carotene High Content Sweet Potato as a Source of Vitamin A
In addition to a calorie source, sweetpotato is also potential as a source of vitamin A as it
contains carotenoids, pigments that cause yellow and orange colours of the flesh. The
predominant component of carotenoids is -carotene that constitues about 86-90% and
possesses the highest vitamin A activity among carotenoids. Vitamin A is needed for
physiological processes in the human body, thus vitamin A deficiency could cause alterations
on vision (up to permanent blindness), growth and immunity towards diseases. These cases
are commonly occur in pre-school children, particularly in developing countries. Therefore,
recommendation dietary allowances for vitamin A have been established for different groups
of age and sex through diets and supplements that are rich in vitamin A.
A number of sweetpotato cultivars in Indonesia contain fairly high -carotene (300 - > 4000
g/100 g). However, cultivars with high -carotene content, mostly have low dry matter
content and give sweet and moist taste. Hence, those undesired attributes should be
improved through selection and combination of the parents. -carotene content in
sweetpotato is influenced by planting and harvesting times, location and water availability. A
decrease of -carotene content was observed during processing, like boiling (8%), canning
(19.7%), drying (20.5%), heating in microwave (22.7%) and roasting (31.4%), while an increase
of 4-12% was noted in steaming. It is estimated, that the daily consumption of 200 g of
steamed roots derived from cultivars with -carotene content of 1,000 g/100 g, could satisfy
40% and 66% of the recommended daily allowances of vitamin A for adults and children,
respectively. Sweetpotato can be consumed as cooked fresh roots, drinks and flour-based
foods.
Keywords: -carotene, vitamin A, sweet potato cultivars, pre harvest, processing.
PENDAHULUAN
Ubijalar memiliki keistimewaan sebagai bahan pangan ditinjau dari nilai gizinya.
Dengan kandungan karbohidrat yang mencapai 80-90% dari berat keringnya, ubijalar sangat
potensial sebagai sumber kalori (105 Kkal/100 g). Selain itu, ubijalar juga merupakan sumber
vitamin, seperti vitamin A dan C serta mineral, yakni kalium, besi dan fosfor. Namun kadar
protein (1,4%) dan lemaknya (0,17%) relatif rendah (Bradbury dan Holloway, 1988), sehingga
konsumsinya perlu didampingi oleh bahan pangan lain yang berprotein tinggi.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, perhatian
terhadap komponen kimia ubijalar yang dapat berfungsi sebagai makanan fungsional juga
meningkat. Salah satu diantaranya, adalah senyawa karotenoid, yaitu pigmen yang
menyebabkan daging umbi berwarna kuning, orange hingga jingga.
bagusan klik disini
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan
Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun
2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari
20µg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan
terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A
Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol
kurang dari 20 µg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A
(KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi
karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah
satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan
pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan
Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO
TROPMED RCCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient
Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih
yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk
melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi
manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa
di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11
bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar
56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah
82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5%
pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan
bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita
umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan
dosis yang tidak sesuai umur.
Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan
bahwa manajemen dan sosialisasi program Vitamin A tingkat
Kabupaten/Kota belum berjalan optimal. Berkaitan hal tersebut
diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan manajemen
suplementasi Vitamin A bagi petugas dalam rangka meningkatkan
cakupan program khususnya pada Kabupaten/Kota dengan cakupan
rendah.
kliknya hanya boleh disini
Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun
2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari
20µg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan
terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A
Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol
kurang dari 20 µg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A
(KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi
karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah
satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan
pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan
Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO
TROPMED RCCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient
Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih
yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk
melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi
manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa
di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11
bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar
56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah
82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5%
pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan
bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita
umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan
dosis yang tidak sesuai umur.
Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan
bahwa manajemen dan sosialisasi program Vitamin A tingkat
Kabupaten/Kota belum berjalan optimal. Berkaitan hal tersebut
diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan manajemen
suplementasi Vitamin A bagi petugas dalam rangka meningkatkan
cakupan program khususnya pada Kabupaten/Kota dengan cakupan
rendah.
kliknya hanya boleh disini
PENGARUH SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH (TTD), SENG, DAN
VITAMIN A TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL
Ratna Candra Dewi1
Abstract: The iron deficiency anaemia is still main nutrition problem, especially
among pregnant woman. The prevalence of iron deficiency anaemia is still high,
where in urban were 37,5% and in rural were 42,1% (Surkesnas, 2001). The several
effect of anaemia in pregnant woman are maternal mortality, infant mortality, and
low birth weight. Maternal mortality per 100.000 of life birth were 343 (SDKI, 1997)
and incidency rate of low birth weight were 11% - 14% (SKRT, 1999). This study
purposed to give the solution in anaemia and zinc deficiency on pregnant woman
that effect to Hb level with TTD supplementation always extended for pregnant
woman in program, zinc, and vitamin A. This research was an experimental study
with pretest-posttest control group design and double blind method. This study was
aimed to investigate the influence of TTD, zinc, and vitamin A supplementation for
two month on the increase of Hb level. The samples were took from anaemia
pregnant woman sub population with begin the gestation from 30-31 weeks, not
suffered deseases, and Hb level of < 11 g%. The samples consist of 30 subject,
taken by the use of simple random sampling and the samples were divided into
three group using random allocation technique. 10 samples were control group that
recieved TTD supplementation, 10 samples were treatment group 1 that received
TTD and zinc supplementation, and 10 samples were treatment group 2 that
received TTD, zinc, and vitamin A supplementation. TTD and zinc were alternate
consumed, which zinc consumed after breakfast and TTD consumed after dinner.
Hb level measured using cyanmethemoglobin method. Data was analyzed using
Paired Test, Anova One Way, and Kruskall Wallis. The research result showed
increasing of Hb level post supplementation in control group was 10,41 ± 0,62 g% to
10,59 ± 0,64 g%, the treatment group 1 was 10,16 ± 0,62 g% to 10,95 ± 1,00 g%,
and the treatment group 2 was 10,19 ± 0,46 g% to 10,97 ± 0,73 g%. The analized
with Paired Test showed highly significant difference of Hb level in pretest and post
test each group with p value in all group showed p<0,05, but the result showed not
significant difference of Hb level post supplementations between three group with p
value showed p>0,05. Considering zinc supplementation can influence to risen Hb
level and so suggested TTD supplementation program always gived pregnant
womans accompanied by zinc supplementation alternately. Besides, always notice
nutrient consumption factor for pregnancy both on quality and quantity.
Keywords : Anaemia, Tablet Tambah Darah (TTD), Zinc, Vitamin A, Pregnant
Woman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu
penentu kualitas sumber daya
manusia. Kekurangan gizi akan
menyebabkan kegagalan
pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan, menurunkan
produktivitas kerja dan menurunkan
daya tahan tubuh, yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan
kematian
selanjutnya lihat disini
VITAMIN A TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL
Ratna Candra Dewi1
Abstract: The iron deficiency anaemia is still main nutrition problem, especially
among pregnant woman. The prevalence of iron deficiency anaemia is still high,
where in urban were 37,5% and in rural were 42,1% (Surkesnas, 2001). The several
effect of anaemia in pregnant woman are maternal mortality, infant mortality, and
low birth weight. Maternal mortality per 100.000 of life birth were 343 (SDKI, 1997)
and incidency rate of low birth weight were 11% - 14% (SKRT, 1999). This study
purposed to give the solution in anaemia and zinc deficiency on pregnant woman
that effect to Hb level with TTD supplementation always extended for pregnant
woman in program, zinc, and vitamin A. This research was an experimental study
with pretest-posttest control group design and double blind method. This study was
aimed to investigate the influence of TTD, zinc, and vitamin A supplementation for
two month on the increase of Hb level. The samples were took from anaemia
pregnant woman sub population with begin the gestation from 30-31 weeks, not
suffered deseases, and Hb level of < 11 g%. The samples consist of 30 subject,
taken by the use of simple random sampling and the samples were divided into
three group using random allocation technique. 10 samples were control group that
recieved TTD supplementation, 10 samples were treatment group 1 that received
TTD and zinc supplementation, and 10 samples were treatment group 2 that
received TTD, zinc, and vitamin A supplementation. TTD and zinc were alternate
consumed, which zinc consumed after breakfast and TTD consumed after dinner.
Hb level measured using cyanmethemoglobin method. Data was analyzed using
Paired Test, Anova One Way, and Kruskall Wallis. The research result showed
increasing of Hb level post supplementation in control group was 10,41 ± 0,62 g% to
10,59 ± 0,64 g%, the treatment group 1 was 10,16 ± 0,62 g% to 10,95 ± 1,00 g%,
and the treatment group 2 was 10,19 ± 0,46 g% to 10,97 ± 0,73 g%. The analized
with Paired Test showed highly significant difference of Hb level in pretest and post
test each group with p value in all group showed p<0,05, but the result showed not
significant difference of Hb level post supplementations between three group with p
value showed p>0,05. Considering zinc supplementation can influence to risen Hb
level and so suggested TTD supplementation program always gived pregnant
womans accompanied by zinc supplementation alternately. Besides, always notice
nutrient consumption factor for pregnancy both on quality and quantity.
Keywords : Anaemia, Tablet Tambah Darah (TTD), Zinc, Vitamin A, Pregnant
Woman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu
penentu kualitas sumber daya
manusia. Kekurangan gizi akan
menyebabkan kegagalan
pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan, menurunkan
produktivitas kerja dan menurunkan
daya tahan tubuh, yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan
kematian
selanjutnya lihat disini
CAKUPAN SUPLEMENTASI KAPSUL VITAMIN A PADA IBU MASA NIFAS
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DI INDONESIA
ANALISIS DATA RISKESDAS 2010
Sandjaja1, Endi Ridwan1
ABSTRACT
Background: Vitamin A supplementation program for postparum mothers has been implemented in Indonesia since 1996.
The objective is to improve vitamin A status of postpartum mother and newborn through improvement of vitamin A status in
breastmilk. However, Riskesdas 2010, a cross-sectional nationwide health study, reveals that the coverage is lower than in
children underfi ves. In order to improve the coverage, there is a need to analyze factors associated with high or low coverage.
The objective of this paper is to assess vitamin A coverage for postpartum mothers and factors of household, mother, access to
health services that favour or limit the coverage. Methods: Riskesdas 2010 collected information on whether 19,000 samples
mother 10–59 years having living children underfi ves received vitamin A capsules during postpartum period of the last child.
A multivariate logistic regression was used to measure odd ratio. Vitamin A supplementation coverage among mother (in
pospartum period) was 56.1%, varies 35–70% among provinces, higher in urban (61.4%) than in rural areas (50.8%). Odd
ratios of mothers who didn’t receive capsule are signifi cantly associated with not having neonatal care (AOR = 2,334, 95% CI
2,156–2,530), not receiving iron tablet during pregnancy (AOR = 2,076, 95% CI 1,874–2,298), ANC 3 times or less (AOR =
1.252, 95% CI 1,095–1,431), without ANC (AOR = 1,355, 95% CI 1,217–1,510), not receiving TT immunization (AOR =
1,245, 95% CI 1,156–1,341). The coverage is also signifi cantly associated with not attending Posyandu, low education, did
not know Polindes with AOR slightly above 1, but not associated with age and marital status. Results: The analysis shows
that factors signifi cantly associated with the coverage are mostly assessibility of health care of mothers during pregnancy
and delivery. High coverage of vitamin A supplementation should be improved by increasing access of women during
pregnancy and delivery in community and health education on importance of vitamin A supplementation.
Key words: vitamin A supplementation, post-partum mothers, acces to health services, household characteristics
ABSTRAK
Program suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas di Indonesia sejak 1996 bertujuan meningkatkan status vitamin
A ibu nifas dan diteruskan ke bayi melalui ASI. Riskesdas 2010 menunjukkan hanya satu dari 2 ibu nifas mendapatkan
kapsul vitamin A, lebih rendah dibanding cakupan balita. Tulisan ini bertujuan menganalisis faktor rumah tangga, ibu, dan
akses pelayanan kesehatan yang berperan dalam cakupan kapsul vitamin A pada ibu nifas. Penelitian menggunakan data
sekunder Riskesdas 2010, mencakup 19.000 ibu 10–59 tahun yang ditanyakan mendapat kapsul vitamin A saat masa nifas
anak terakhir yang lahir pada periode lima tahun terakhir. Analisis regresi logistik multivariat dilakukan untuk mengetahui
odd rasio cakupan kapsul vitamin A. Cakupan suplementasi vitamin A ibu nifas 56,1% bervariasi 35–70% antar provinsi,
lebih tinggi di perkotaan (61,4%) dibandingkan perdesaan (50,8%). Analisis multivariat menunjukkan odd rasio ibu nifas
tidak menerima kapsul vitamin A berhubungan nyata jika bayinya tidak mendapatkan pemeriksaan neonatus (AOR = 2,334
95% CI 2,156–2,530), ibu tidak mendapatkan pil besi (AOR = 2,076, 95% CI 1,874–2,298), periksa hamil 1–3 kali (AOR =
1.252, 95% CI 1,095–1,431), atau tidak periksa hamil (AOR = 1,355, 95% CI 1,217–1,510), tidak imunisasi TT (AOR =
1,245, 95% CI 1,156–1,341). Cakupan juga berhubungan nyata dengan tidak ke posyandu, tidak tahu lokasi polindes atau
RS, pendidikan ibu rendah, tinggal di perdesaan walaupun dengan nilai AOR mendekati nilai 1, tetapi tidak nyata dengan
umur dan status perkawinan ibu. Nilai AOR menunjukkan akses pelayanan kesehatan sejak kehamilan sampai persalinan
merupakan faktor utama tingginya cakupan suplementasi vitamin A. Cakupan masih perlu ditingkatkan dengan perbaikan 2
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 1–10
akses pelayanan kesehatan bumil dan persalinan di masyarakat dan penyuluhan bumil.
Kata kunci: suplementasi vitamin A, ibu nifas, akses pelayanan kesehatan, karakteristik rumah tangga
Naskah Masuk: 21 November 2011, Review 1: 23 November 2011, Review 2: 22 November 2011, Naskah layak terbit: 12 Desember 2011
METODE
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari
Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas, 2010). Desain
Riskesdas 2010 adalah potong lintang dan merupakan
penelitian non-intervensi di 440 kabupaten/kota di
33 provinsi. Populasi sampel mewakili seluruh rumah
tangga di Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan
secara random dalam dua tahap. Tahap pertama
melakukan pemilihan Blok Sensus (BS) dan tahap
kedua pemilihan 25 rumah tangga setiap BS. Besar
sampel yang direncanakan sebanyak 2800 BS dan
yang berhasil dilakukan di 2798 BS, direncanakan
70.000 rumah tangga dan terlaksana 69.300 rumah
tangga, yang mencakup 251.388 anggota rumah
tangga di 33 provinsi (Badan Litbangkes, 2010).
Data yang dikumpulkan meliputi keterangan
rumah tangga dan keterangan individu anggota
rumah tangga, pengukuran berat dan tinggi badan
termasuk anak balita. Pada kajian ini tidak semua
data diambil untuk dianalisis, tetapi hanya data
yang relevan tentang cakupan vitamin A pada ibu
nifas. Yang dimasukkan dalam analisis tulisan ini
adalah ibu nifas dengan data yang lengkap dalam
karakteristik rumah tangga (sosial ekonomi, umur,
pendidikan, dan pekerjaan kepala rumah tangga),
pengetahuan terhadap lokasi fasilitas kesehatan dan
akses terhadap pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, dokter praktik, bidan praktik, polindes,
poskesdes dan posyandu), karakteristitik ibu (status
menikah, umur, pendidikan, pekerjaan dan status gizi),
riwayat reproduksi (jumlah anak, nomor anak termuda,
keinginan hamil), akses pelayanan kesehatan ibu
terhadap imunisasi, keluarga berencana, periksa
kehamilan, umur kehamilan, minum pil tambah darah,
dan periksa kesehatan saat nifas.
Analisis bivariat dilakukan dengan uji beda
Khi-kuadrat, dan analisis multivariat dilakukan
dengan uji regresi logistik multivariat. Kode semua
variabel dirubah menjadi 0 dan 1 untuk analisis
logistik multivariat dengan dependen variabel adalah
menerima atau tidak kapsul vitamin A. Sedangkan
variabel independen adalah karakteristik rumah
PENDAHULUAN
Vitamin A berperan penting dalam pemeliharaan
sistem imun, juga dapat memproteksi beberapa
komplikasi buruk yang berhubungan dengan penyakit
pada anak seperti campak dan diare, berperan
melawan xerophthalmia dan buta senja. Selain itu
juga berperan penting untuk memelihara kesehatan
ibu selama hamil dan menyusui (Christian P, et al.,
1998).
hanya disni
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DI INDONESIA
ANALISIS DATA RISKESDAS 2010
Sandjaja1, Endi Ridwan1
ABSTRACT
Background: Vitamin A supplementation program for postparum mothers has been implemented in Indonesia since 1996.
The objective is to improve vitamin A status of postpartum mother and newborn through improvement of vitamin A status in
breastmilk. However, Riskesdas 2010, a cross-sectional nationwide health study, reveals that the coverage is lower than in
children underfi ves. In order to improve the coverage, there is a need to analyze factors associated with high or low coverage.
The objective of this paper is to assess vitamin A coverage for postpartum mothers and factors of household, mother, access to
health services that favour or limit the coverage. Methods: Riskesdas 2010 collected information on whether 19,000 samples
mother 10–59 years having living children underfi ves received vitamin A capsules during postpartum period of the last child.
A multivariate logistic regression was used to measure odd ratio. Vitamin A supplementation coverage among mother (in
pospartum period) was 56.1%, varies 35–70% among provinces, higher in urban (61.4%) than in rural areas (50.8%). Odd
ratios of mothers who didn’t receive capsule are signifi cantly associated with not having neonatal care (AOR = 2,334, 95% CI
2,156–2,530), not receiving iron tablet during pregnancy (AOR = 2,076, 95% CI 1,874–2,298), ANC 3 times or less (AOR =
1.252, 95% CI 1,095–1,431), without ANC (AOR = 1,355, 95% CI 1,217–1,510), not receiving TT immunization (AOR =
1,245, 95% CI 1,156–1,341). The coverage is also signifi cantly associated with not attending Posyandu, low education, did
not know Polindes with AOR slightly above 1, but not associated with age and marital status. Results: The analysis shows
that factors signifi cantly associated with the coverage are mostly assessibility of health care of mothers during pregnancy
and delivery. High coverage of vitamin A supplementation should be improved by increasing access of women during
pregnancy and delivery in community and health education on importance of vitamin A supplementation.
Key words: vitamin A supplementation, post-partum mothers, acces to health services, household characteristics
ABSTRAK
Program suplementasi kapsul vitamin A pada ibu nifas di Indonesia sejak 1996 bertujuan meningkatkan status vitamin
A ibu nifas dan diteruskan ke bayi melalui ASI. Riskesdas 2010 menunjukkan hanya satu dari 2 ibu nifas mendapatkan
kapsul vitamin A, lebih rendah dibanding cakupan balita. Tulisan ini bertujuan menganalisis faktor rumah tangga, ibu, dan
akses pelayanan kesehatan yang berperan dalam cakupan kapsul vitamin A pada ibu nifas. Penelitian menggunakan data
sekunder Riskesdas 2010, mencakup 19.000 ibu 10–59 tahun yang ditanyakan mendapat kapsul vitamin A saat masa nifas
anak terakhir yang lahir pada periode lima tahun terakhir. Analisis regresi logistik multivariat dilakukan untuk mengetahui
odd rasio cakupan kapsul vitamin A. Cakupan suplementasi vitamin A ibu nifas 56,1% bervariasi 35–70% antar provinsi,
lebih tinggi di perkotaan (61,4%) dibandingkan perdesaan (50,8%). Analisis multivariat menunjukkan odd rasio ibu nifas
tidak menerima kapsul vitamin A berhubungan nyata jika bayinya tidak mendapatkan pemeriksaan neonatus (AOR = 2,334
95% CI 2,156–2,530), ibu tidak mendapatkan pil besi (AOR = 2,076, 95% CI 1,874–2,298), periksa hamil 1–3 kali (AOR =
1.252, 95% CI 1,095–1,431), atau tidak periksa hamil (AOR = 1,355, 95% CI 1,217–1,510), tidak imunisasi TT (AOR =
1,245, 95% CI 1,156–1,341). Cakupan juga berhubungan nyata dengan tidak ke posyandu, tidak tahu lokasi polindes atau
RS, pendidikan ibu rendah, tinggal di perdesaan walaupun dengan nilai AOR mendekati nilai 1, tetapi tidak nyata dengan
umur dan status perkawinan ibu. Nilai AOR menunjukkan akses pelayanan kesehatan sejak kehamilan sampai persalinan
merupakan faktor utama tingginya cakupan suplementasi vitamin A. Cakupan masih perlu ditingkatkan dengan perbaikan 2
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 1–10
akses pelayanan kesehatan bumil dan persalinan di masyarakat dan penyuluhan bumil.
Kata kunci: suplementasi vitamin A, ibu nifas, akses pelayanan kesehatan, karakteristik rumah tangga
Naskah Masuk: 21 November 2011, Review 1: 23 November 2011, Review 2: 22 November 2011, Naskah layak terbit: 12 Desember 2011
METODE
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari
Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas, 2010). Desain
Riskesdas 2010 adalah potong lintang dan merupakan
penelitian non-intervensi di 440 kabupaten/kota di
33 provinsi. Populasi sampel mewakili seluruh rumah
tangga di Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan
secara random dalam dua tahap. Tahap pertama
melakukan pemilihan Blok Sensus (BS) dan tahap
kedua pemilihan 25 rumah tangga setiap BS. Besar
sampel yang direncanakan sebanyak 2800 BS dan
yang berhasil dilakukan di 2798 BS, direncanakan
70.000 rumah tangga dan terlaksana 69.300 rumah
tangga, yang mencakup 251.388 anggota rumah
tangga di 33 provinsi (Badan Litbangkes, 2010).
Data yang dikumpulkan meliputi keterangan
rumah tangga dan keterangan individu anggota
rumah tangga, pengukuran berat dan tinggi badan
termasuk anak balita. Pada kajian ini tidak semua
data diambil untuk dianalisis, tetapi hanya data
yang relevan tentang cakupan vitamin A pada ibu
nifas. Yang dimasukkan dalam analisis tulisan ini
adalah ibu nifas dengan data yang lengkap dalam
karakteristik rumah tangga (sosial ekonomi, umur,
pendidikan, dan pekerjaan kepala rumah tangga),
pengetahuan terhadap lokasi fasilitas kesehatan dan
akses terhadap pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, dokter praktik, bidan praktik, polindes,
poskesdes dan posyandu), karakteristitik ibu (status
menikah, umur, pendidikan, pekerjaan dan status gizi),
riwayat reproduksi (jumlah anak, nomor anak termuda,
keinginan hamil), akses pelayanan kesehatan ibu
terhadap imunisasi, keluarga berencana, periksa
kehamilan, umur kehamilan, minum pil tambah darah,
dan periksa kesehatan saat nifas.
Analisis bivariat dilakukan dengan uji beda
Khi-kuadrat, dan analisis multivariat dilakukan
dengan uji regresi logistik multivariat. Kode semua
variabel dirubah menjadi 0 dan 1 untuk analisis
logistik multivariat dengan dependen variabel adalah
menerima atau tidak kapsul vitamin A. Sedangkan
variabel independen adalah karakteristik rumah
PENDAHULUAN
Vitamin A berperan penting dalam pemeliharaan
sistem imun, juga dapat memproteksi beberapa
komplikasi buruk yang berhubungan dengan penyakit
pada anak seperti campak dan diare, berperan
melawan xerophthalmia dan buta senja. Selain itu
juga berperan penting untuk memelihara kesehatan
ibu selama hamil dan menyusui (Christian P, et al.,
1998).
hanya disni
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN B12
TERHADAP SERUM VITAMIN B12 DAN HEMOGLOBIN
ANAK PRASEKOLAH
Zulhaida Lubis1
, Hardinsyah2, Hidayat Syarief3
, Fasli Jalal4
, dan Muhilal5
1
Program Doktor PS GMK SPS IPB
2
Dept. Gizi Masyarakat FEMA IPB
3
Dept. Gizi Masyarakat FEMA IPB
4
Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas dan Fak.
Kedokteran Univ. Andalas Padang
5
Fak. Kedokteran UNPAD Bandung
ABSTRACT
This research aimed to analyze prevalence of vitamin B12 deficiency and anemia,
and effects of vitamin B12 suplement on vitamin B12 serum and hemoglobin of
preschool children. A randomized controlled trial of 32 preschool children (4-6
year) for 6 months was appliad. Subjects divided in to 2 groups, treatment group
(received 10 μg vitamin B12 syrup daily) and control group (placebo).
Consentration of vitamin B12 serum and hemoglobin of children was measured
before and after their intervention. The results of research indicate that prevalence
of vitamin B12 deficiency and anemia among preschool children was 24,1% and
41.4% respectively. After getting vitamin B12 suplement, vitamin B12 deficiency
of treatment group decreased from 26.7% to 0.0%, while in the control group
increase from 21.4% to 28.6%. Vitamin B12 suplement influenced vitamin B12
serum level significantly ( p < 0.05). Vitamin B12 serum increase at the treatment
group148.4 ± 110.9 pg/ml and only 3.7 ± 12.8 pg/ml at control group. Hemoglobin
concentration was influenced vitamin B12 suplement especially to anemia
preschool children.
PENDAHULUAN
Usia prasekolah adalah bagian dari
periode usia dini yang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan pesat dalam
siklus kehidupan dan turut menentukan
kualitas manusia. Separuh perkembangan
kognitif berlangsung dalam kurun waktu
antara konsepsi sampai usia 4 tahun, dan
30% berlangsung pada usia 4-8 tahun.
Sehingga pada periode ini anak sangat
memerlukan gizi yang memadai agar
kapasitas otak yang terbentuk dapat
maksimum (Gutama 2004).
disini aja kali ya???
TERHADAP SERUM VITAMIN B12 DAN HEMOGLOBIN
ANAK PRASEKOLAH
Zulhaida Lubis1
, Hardinsyah2, Hidayat Syarief3
, Fasli Jalal4
, dan Muhilal5
1
Program Doktor PS GMK SPS IPB
2
Dept. Gizi Masyarakat FEMA IPB
3
Dept. Gizi Masyarakat FEMA IPB
4
Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas dan Fak.
Kedokteran Univ. Andalas Padang
5
Fak. Kedokteran UNPAD Bandung
ABSTRACT
This research aimed to analyze prevalence of vitamin B12 deficiency and anemia,
and effects of vitamin B12 suplement on vitamin B12 serum and hemoglobin of
preschool children. A randomized controlled trial of 32 preschool children (4-6
year) for 6 months was appliad. Subjects divided in to 2 groups, treatment group
(received 10 μg vitamin B12 syrup daily) and control group (placebo).
Consentration of vitamin B12 serum and hemoglobin of children was measured
before and after their intervention. The results of research indicate that prevalence
of vitamin B12 deficiency and anemia among preschool children was 24,1% and
41.4% respectively. After getting vitamin B12 suplement, vitamin B12 deficiency
of treatment group decreased from 26.7% to 0.0%, while in the control group
increase from 21.4% to 28.6%. Vitamin B12 suplement influenced vitamin B12
serum level significantly ( p < 0.05). Vitamin B12 serum increase at the treatment
group148.4 ± 110.9 pg/ml and only 3.7 ± 12.8 pg/ml at control group. Hemoglobin
concentration was influenced vitamin B12 suplement especially to anemia
preschool children.
PENDAHULUAN
Usia prasekolah adalah bagian dari
periode usia dini yang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan pesat dalam
siklus kehidupan dan turut menentukan
kualitas manusia. Separuh perkembangan
kognitif berlangsung dalam kurun waktu
antara konsepsi sampai usia 4 tahun, dan
30% berlangsung pada usia 4-8 tahun.
Sehingga pada periode ini anak sangat
memerlukan gizi yang memadai agar
kapasitas otak yang terbentuk dapat
maksimum (Gutama 2004).
disini aja kali ya???
Epilepsi parsial sederhana simptomatis pada multipel tuberkuloma intrakranial
sebuah kasus
Pini Dewi, Uni Gamayani, Siti Aminah
Bagian I.P. Saraf FK UNPAD / RS Hasan Sadikin
ABSTRAK
Latar Belakang
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan yang penting , menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas di dunia. Hanya 1 % pasien dengan TB berkembang menjadi tuberkuloma intrakranial, biasanya bagian
dari TB milier. Prevalensi tuberkuloma terhadap lesi intrakranial di negara berkembang sekitar 50 %, terdapat di
serebral hemisfer, ganglia basalis, serebellum dan batang otak. Pada anak sering berupa tumor infratentorial.
Penyebab epilepsi karena tuberkuloma termasuk salah satu yang sering didapatkan. Pada anak usia 3 bulan – 12
tahun dengan bangkitan parsial komplek 65% dan bangkitan parsial sederhana 35%, dengan gambaran EEG
maupun gejala klinis, 88% adanya kesesuaian letak lesi dengan bentuk bangkitan, dengan salah satu penyebab
terbanyak dari bangkitan parsial adalah tuberkuloma.
Deskripsi kasus
Seorang perempuan usia 12 tahun dengan keluhan utama kejang , sejak 2 tahun yang lalu, berupa kelojotan pada
anggota gerak kanan yang kadang anggota gerak kiri dan tetap sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : ataxia,
papil edema bilateral , hemianopsia sinistra, visus OD 1/300, OS 1/∼ ,hemihipestesi dextra, reflek fisiologis meningkat
bilateral, reflek patologis (-/-) dan ataxia. Tumbuh kembang normal tapi sejak usia 10 th berat badan tidak naik lagi.
Lab: PPD5TU(+) , LED 63 mm/jam . ro: TB paru aktif. Hasil EEG : disfungsi kortikal pada fronto temporal kiri dan
temporal kanan.Hasil MRI kepala dengan kontras : Massa solid didaerah ocipital bilateral dan parietal kiri yang
penyengatan dengan kontras, menyokong suatu ependimoma dd/ multiple meningioma, dilakukan open biopsi
craniotomi, hasil histopatologi menyokong suatu tuberkuloma. Diagnosa akhir : epilepsi partial sederhana multifokus
simptomatis ec multiple tuberkuloma dan diberikan terapi OAT. Dan pasien mengalami perbaikan.
sebuah kasus
Pini Dewi, Uni Gamayani, Siti Aminah
Bagian I.P. Saraf FK UNPAD / RS Hasan Sadikin
ABSTRAK
Latar Belakang
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan yang penting , menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas di dunia. Hanya 1 % pasien dengan TB berkembang menjadi tuberkuloma intrakranial, biasanya bagian
dari TB milier. Prevalensi tuberkuloma terhadap lesi intrakranial di negara berkembang sekitar 50 %, terdapat di
serebral hemisfer, ganglia basalis, serebellum dan batang otak. Pada anak sering berupa tumor infratentorial.
Penyebab epilepsi karena tuberkuloma termasuk salah satu yang sering didapatkan. Pada anak usia 3 bulan – 12
tahun dengan bangkitan parsial komplek 65% dan bangkitan parsial sederhana 35%, dengan gambaran EEG
maupun gejala klinis, 88% adanya kesesuaian letak lesi dengan bentuk bangkitan, dengan salah satu penyebab
terbanyak dari bangkitan parsial adalah tuberkuloma.
Deskripsi kasus
Seorang perempuan usia 12 tahun dengan keluhan utama kejang , sejak 2 tahun yang lalu, berupa kelojotan pada
anggota gerak kanan yang kadang anggota gerak kiri dan tetap sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : ataxia,
papil edema bilateral , hemianopsia sinistra, visus OD 1/300, OS 1/∼ ,hemihipestesi dextra, reflek fisiologis meningkat
bilateral, reflek patologis (-/-) dan ataxia. Tumbuh kembang normal tapi sejak usia 10 th berat badan tidak naik lagi.
Lab: PPD5TU(+) , LED 63 mm/jam . ro: TB paru aktif. Hasil EEG : disfungsi kortikal pada fronto temporal kiri dan
temporal kanan.Hasil MRI kepala dengan kontras : Massa solid didaerah ocipital bilateral dan parietal kiri yang
penyengatan dengan kontras, menyokong suatu ependimoma dd/ multiple meningioma, dilakukan open biopsi
craniotomi, hasil histopatologi menyokong suatu tuberkuloma. Diagnosa akhir : epilepsi partial sederhana multifokus
simptomatis ec multiple tuberkuloma dan diberikan terapi OAT. Dan pasien mengalami perbaikan.
klik disini!!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)